close

Adaptasi Kebiasaan dan Budaya Baru Jadi Kompetensi Penting di Era Revolusi Industri 4.0

Magelang – Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Nizam, mendorong perguruan tinggi untuk beradaptasi secara cepat terhadap kebiasaan dan budaya baru saat ini. Menurutnya, hal tersebut menjadi kompetensi yang sangat penting di revolusi industri 4.0. Refleksi terhadap perubahan dapat terlihat dari masa pandemi yang mewajibkan kita untuk menjaga diri, beradaptasi dengan sangat cepat, dan belajar dari rumah.

“Aktivitas perkuliahan saat ini sedang mengalami banyak kendala, akan tetapi hal tersebut tidak boleh menghentikan kreativitas dan produktivitas mahasiswa. Semangat untuk belajar, semangat untuk maju harus tetap berkobar di dada kita semua,” ujar Nizam saat memberikan kuliah umum di Universitas Tidar secara virtual, pada Sabtu (05/12).

Nizam melanjutkan, Indonesia berada pada revolusi industri ke-4, dimana di dalam setiap revolusi industri selalu membutuhkan kompetensi-kompetensi baru. Dampaknya adalah lahir berbagai pekerjaan baru dengan kompetensi baru yang sebelumnya tidak ada, dan pekerjaan lama dengan kompetensi lama akan hilang.

“Era otonomi ini menjelaskan bagaimana berbagai pekerjaan diambil alih oleh mesin yang menjadi pintar dan menjadi cerdas dengan adanya teknologi digital, artificial intelligence serta berbagai macam teknologi serta sains lainnya, dulunya hanya ada di dalam film fiksi ilmiah dan sekarang ada di tengah-tengah kita dan mengubah seluruh kehidupan kita,” jelasnya.

Baca Juga :  Badan Pengelola Migas Aceh Libatkan Kampus UTU Kelola Usaha Hulu Migas di Wilayah Aceh

Nizam menjelaskan seluruh aspek kehidupan kita berubah menjadi kehidupan yang cerdas, dimulai dari smart building , smart office , smart transportation . Oleh karena itu, tidak ada yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi empat tahun ke depan.

“Hal tersebut menjadi tantangan bagi perguruan tinggi dan bagi mahasiswa bagaimana menyiapkan kompetensi untuk masa depan. Oleh karena itu, program Kampus Merdeka sebagai langkah untuk mengantisipasi dan menyiapkan sarjana-sarjana menjadi pembelajar mandiri, adaptif, kreatif, dan memiliki kemampuan problem solving yang kompleks, multidimensi, multikultur, serta multidisiplin. Mahasiswa juga dapat mengembangkan kompetensi-kompetensi baru melalui kebijakan kebebasan mengambil pelajaran di luar program studinya,” jelas Nizam.

Selain itu, mahasiswa juga memiliki kesempatan untuk memiliki kegiatan di luar kampus seperti pertukaran mahasiswa, magang, mengajar di sekolah, penelitian mendampingi dosen, dan proyek kemanusiaan, kewirausahaan mahasiswa, studi/ proyek mandiri, dan membangun desa. Hal–hal tersebut berada di bawah bimbingan dosen untuk menjaga kompetensi-kompetensi yang mahasiswa dapatkan, serta akan mengasah hardskill , softskill , live skill , pengalaman sehingga menciptakan sumber daya yang unggul.

Baca Juga :  Abdi Karya ITS Rancang Instalasi Pengolahan Limbah Laundry Berbasis 3R

“Semangat dari Kampus Merdeka adalah menuju sumber daya manusia yang unggul dan mewujudkan Indonesia maju. Oleh karena itu, kita perlu membangun kerjasama pentahelix antara pemerintah, masyarakat, perguruan tinggi, dunia kerja, dan dunia industri,” tutur Nizam.

Senada dengan Nizam, Rektor Universitas Tidar Mukh Arifin menyampaikan bahwa kita harus bisa menyesuaikan dan beradaptasi dengan melakukan kebiasaan yang baru dan budaya baru serta hidup berdampingan dengan virus yang sampai detik ini belum selesai. Pasalnya, pandemi Covid-19 telah mempengaruhi aspek-aspek kehidupan kita semua termasuk pendidikan tinggi. Sementara tujuan dari pendidikan adalah untuk mempersiapkan mahasiswa untuk memasuki dunia kerja dan dunia industri di masa depan.

Berdasarkan hal tersebut, jelasnya, Universitas Tidar menggelar kuliah umum dengan tema peran perguruan tinggi dalam menyiapkan sumber daya manusia yang unggul pada masa pandemi. Menurutnya, hal ini penting untuk memberikan wawasan, pandangan, dan memperluas cakrawala mahasiswa untuk mempersiapkan masa depannya masing-masing.
(YH/DZI/FH/DH/NH/MFS/VAL/YJ/ITR)

Humas Ditjen Dikti
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan