close

Mahasiswa Asrama Kepemimpinan dan Mahasiswa Jalur Ketua OSIS IPB University Dilatih Menulis Storytelling

Seorang pemimpin tidak hanya mampu memiliki kemampuan verbal yang baik, namun seorang pemimpin juga harus mampu mencurahkan ide dan menyampaikan informasi melalui tulisan. Melalui tulisan, ide-ide tersebut dapat disampaikan dengan lebih mudah dan dapat diterima oleh orang lain.

Untuk mencapai hal itu, Direktorat Kemahasiswaan dan Pengembangan Karir (Ditamawa PK) IPB University menggelar Workshop Storytelling selama lima pekan. Workshop ini dibimbing langsung oleh seorang mentor bernama Angiora Hary Prabowo, SPi. Saat pembukaan, workshop ini dihadiri oleh Asisten Direktur bidang Pembinaan Karakter, Dr Beginner Subhan, Supervisor Asrama Kepemimpinan dan Kader Pejuang Pertanian (AKKPP) IPB University, Koswara, SE dan Eny Widiya Astuti, STP, MSi.

“Kami berharap pelatihan ini bisa bermanfaat untuk kita semua. Pelatihan ini memang cukup panjang. Hasil dari pelatihan ini bisa keluar suatu oupout berbentuk buku. Ditmawa PK sudah menyiapkan pendanaannya untuk membantu menerbitkan buku,” kata Beginner.

Baca Juga :  Mahasiswa ITS Gagas Eduly, Platform Donasi Kebutuhan Sekolah

Workshop ini merupakan program pembinaan AKKPP IPB University, baik untuk mahasiswa putra maupun putri. Kendati kegiatan wajib AKKPP, mahasiswa jalur Ketua OSIS IPB University angkatan 57 juga mengikuti workshop ini. Workshop Storytelling ini berupa rangkaian kegiatan pelatihan, kuliah, dan penugasan.

Dalam pengantarnya, mentor Angiory Hary Prabowo mengatakan, storytelling dibentuk melalui jurnalisme sastrawi. Jurnalisme sastrawi bukanlah karya jurnalistik yang dibuat dengan bahasa sastra, apalagi mendayu-dayu. Melainkan pemaparan informasi dengan penuturan yang berkisah, esensial dan faktual.

“Cerita (storytelling) bisa menjembatani ilmu pengetahuan. Gambar yang bagus hanya diingat beberapa hari, pekan, tahun, tapi cerita yang bagus akan diingat sepanjang sejarah peradaban manusia,” ujar Angry Bow, sapaan akrabnya.

Angry Bow menuturkan, syarat menjadi storyteller adalah memahami latar belakang peristiwa dan cerita. Memahami ada apa di balik peristiwa tersebut. Barulah ikut bertutur, ikut menyumbang cerita yang memperjelas keadaan. Bukan asal nimbrung di tengah diskusi orang lain.

Baca Juga :  Kampus Merdeka Diharapkan Atasi Broken Link Perguruan Tinggi dan Industri

“Dengan begitu, kita akan memberi warna informasi, bukan malah merusaknya,” sambung alumnus IPB University angkatan 34 ini.

Tidak hanya itu, pada pertemuan pertama ini Angry Bow juga memaparkan perjalanan kisah, jenis-jenis storytelling, minat dan semangat, struktur storytelling, pembentuk konten, pendekatan jurnalisme, nilai jurnalisme, unsur jurnalistik, hingga rumus 5W dan 1H.

Intan Fandinny, salah satu peserta dari mahasiswa jalur Ketua OSIS IPB University mendapatkan ilmu dan relasi baru dari kegiatan ini. Menurut mahasiswi Ilmu Keluarga dan Konsumen ini, ilmu komunikasi terkhusus storytelling harus dipelajari. Ilmu ini akan bermanfaat dalam menunjang kegiatan ke depan.

“Semoga kita semua bisa memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya dan menjadi agen of change, and social control sebagaimana peran dan fungsi kita sebagai mahasiswa di tengah masyarakat,” tandas mahasiswi angkatan 57 ini. (MHT/Zul)