close

Pemanfaatan Reaksi Mannich Bagi Upaya Pengembangan Obat di Indonesia

Pada Sabtu, (27/3/2021) Rektor Universitas Indonesia (UI) Prof. Ari Kuncoro, S.E, M.A, Ph.D. melakukan pengukuhan terhadap delapan guru besar UI, salah seorang adalah Prof. Dr. Drs. Hayun MSi., Apt. yang berasal dari Fakultas Farmasi (FF) UI. Pengukuhan guru besar tersebut dilakukan secara virtual dan dihadiri oleh Kasan (Direktur Jenderal Perdagangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan), Didid Noordiatmoko (Inspektur Jenderal Kementerian Perdagangan), dan dr. Nafsiah Mboi, Sp.A., MPH (Menteri Kesehatan RI 2012-2014).

Selain itu, hadir pula Prof. Indra Wijaya Ph.D (Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada), Prof. Dr. Chairy (Guru Besar President University), dan Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A, CBE (Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) serta sejumlah dekan dari 13 Fakultas di UI, pada sesi pertama dari dua sesi yang dilakukan hari ini. Sejumlah 365 orang hadir mengikuti pengukuhan tersebut. Acara tersebut disiarkan juga melalui UI Teve dan kanal Youtube resmi UI.

Prof. Hayun menyampaikan pidato pengukuhannya yang berjudul “Pemanfaatan Reaksi Mannich untuk Optimisasi Senyawa Penuntun dalam Penemuan dan Pengembangan Obat” pada kesempatan tersebut. Menurutnya, resistensi antibiotik pada bakteri patogen saat ini telah mencapai tingkat yang sangat tinggi dan mengkhawatirkan, sehingga penemuan obat baru benar-benar diperlukan dalam melawan fenomena ini. “Lambatnya penemuan obat-obat baru utamanya terjadi karena dalam beberapa tahun terakhir banyak industri farmasi di negara maju memilih untuk mengurangi investasi untuk penelitian dan pengembangan di bidang kimia sintetik. Sementara di negara-negara berkembang, tidak ada industri farmasi yang berinvestasi di bidang ini,” ujar Prof. Hayun. 

Baca Juga :  Mengembangkan Bangkit 2024 dengan Penambahan Kurikulum AI

Inovasi dalam kimia sintetik telah memungkinkan penemuan dan pengembangan obat-obat penting yang mengubah hidup pasien dan meningkatkan kesehatan pasien di seluruh dunia. Salah satunya adalah temuan bahwa reaksi Mannich dapat membawa reaksi senyawa bioaktif yang lebih cepat dibandingkan dengan jenis reaksi lainnya.

Reaksi Mannich merupakan reaksi tiga komponen yang digunakan untuk memasukkan gugus aminoalkil ke dalam molekul dalam suatu proses pembentukan obat baru, sehingga dapat dikatakan bahwa pemanfaatan reaksi Mannich dalam pembentukan obat baru merupakan strategi yang hemat biaya dan waktu.

Menurut Prof. Hayun, Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat melimpah. Oleh karena sangat berpotensi sebagai penyedia senyawa penuntun yang bermanfaat sebagai pembentuk senyawa obat. “Dari senyawa produk alami tersebut sangat banyak diantaranya mempunyai struktur yang sesuai sebagai substrat dalam reaksi Mannich, sehingga sangat prospektif untuk dikembangkan menjadi senyawa bioaktif baru dengan memanfaatkan reaksi Mannich ini,” ujarnya.

Baca Juga :  Susun Peraturan Baru, PTN Akan Kelola PPID Sendiri

Prof. Hayun dikenal sebagai pakar dalam bidang Kimia Medisinal dan banyak melakukan riset di bidang tersebut. Ia pernah mengeluarkan buku berjudul “Kimia Medisinal” yang diterbitkan pada tahun 2011 oleh Penerbit EGC. Prof. Hayun juga telah mematenkan hasil karyanya di Direktorat Jenderal Hak Kekayaaan Intelektual dengan judul “Senyawa Aktif Biologis Analog Kurkumin Monokarbonil Asimetrik Tersubstitusi Basa Mannich”.

Selama tahun 2011-2020 ia menghasilkan 33 karya ilmiah yang berhasil dipublikasikan di jurnal-jurnal internasional. Atas keproduktifannya, ia pernah mendapatkan penghargaan Citation Award dari Scientia Pharmaceutica, sebuah open journal internasional yang banyak mempublikasikan karya ilmiah dalam bidang farmasi dan kesehatan di tahun 2019.

Guru besar ini menyelesaikan pendidikan jenjang S1 dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UI, S2 dari Universitas Gadjah Mada, program doktoral dari UI dengan disertasi berjudul “Sintesis dan Bioaktivitas 4-[(E)-2-(4-okso-3-fenilkuinazolin-2-Il)etenil] benzesulfonamida dan Analognya sebagai Inhibitor Siklooksigenase-2 (COX-2) Selektif” pada tahun 2012. Ia ditetapkan sebagai Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Analisis Farmasi dan Kimia Medisinal dan merupakan guru besar ke-330 di UI.