close

BERKAT PROGRAM MERDEKA BELAJAR, MAHASISWA FT UNESA BISA MAGANG DI JEPANG

Program yang diluncurkan oleh Kementrian Pendidikan membuat para mahasiswa di seluruh Indonesia berkesempatan untuk merasakan belajar diluar universitas tempatnya belajar. Termasuk juga untuk merasakan magang di luar negeri. 11 orang mahasiswa Universitas Negeri Surabaya berkesempatan untuk melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) atau magang di Jepang. Ke-11 mahasiswa tersebut, berasal dari Fakultas Teknik dengan rincian 7 orang dari Teknik Elektro dan 4 lainnya dari jurusan Teknik Informatika.

 Galih Mahardika, salah satu diantara 11 mahasiswa Unesa yang berangkat ke Jepang antusias menceritakan pengalamannya selama 5 bulan disana. Mulai dari persiapan yang ia tempuh bersama temannya juga sangat menginspirasi. Ditambah lagi dengan banyak pihak yang mendukung.

 “Awalnya kita tahu ada kerjasama antara Pusat Bahasa Unesa dengan Jepang, melalui program magang itu. Ada kriteria tertentu untuk bergabung program tersebut. Kita tertarik untuk mencoba, akhirnya mendaftarlah di pertengahan 2019. November tahun lalu kita memulai tes. Di januari awal lalu, kita langsung memulai pembekalan bahasa Jepang di Pusat Bahasa, barulah kami berangkat pada Februari,” detil Galih.

 Mengetahui keadaan dunia yang sedang tidak baik karena pandemi, rasanya tak mengurangi semangat Galih dkk untuk berangkat. Banyak pihak tentu mengkhawatirkan keadaan mereka. Namun, Galih dkk justru lebih bertekad untuk berangkat. 1 bulan kedatangannya, Galih dkk diwajibkan karantina.

Baca Juga :  Medical Center ITS sebagai Ujung Tombak dalam Hadapi Covid-19

 “Dari Perusahaan sudah mewajibkan kita setiap hari senin harus karantina. Karantina itu berlangsung selama satu bulan. Setelah itu penyesuaian jam kerja juga dilakukan oleh perusahaan kami. Saying sekali sebenarnya, tapi demi keselamatan semuanya,” kata Galih.

  Melakukan praktik kerja selama kurang lebih 5 bulan, Galih dkk menyadari perbedaan dengan praktik kerja di Indonesia. prinsip kehidupan Jepang yang disiplin serta menjunjung tinggi norma menjadi hal penting bagi mereka. Selain itu perbedaan lainnya ajuga adalah pada pelaksanaan magangnya.

“Kalau di Indonesia, magang ya sudah magang seperti kerja. Tapi kalau di Jepang, perusahaan harus memiliki tenaga kerja asing dan internship baru bisa mendirikan perusahaan. Proses penilaiannya pun berbeda, kita disana setiap hari jumat diberikan materi bersama dengan penerjemah yang sudah disediakan oleh kantor untuk mempelajari manajemen perusahaan. Seperti Quality Control dan yang lainnya,” kata Galih.

 Sony Global Manufacturing yang menaungi ke-11 mahasiswa Unesa ini bergerak dalam bidang elektronika. Mulai dari perakitan handphone android hingga tv dan yang lainnya. 11 mahasiswa yang ada disana diletakkan pada divisi perakitan handphone android yang terbagi dalam dua bidang yakni software dan perakitan. Galih menceritakan bahwa kejujuran adalah kunci dalam magang di perusahaan Jepang.

 “Jangan takut mebgakui kesalahan. Mereka akan sangat menghargai kalau kita berani jujur. Kesannya kita akan bertanggung jawab dengan apa yang kita kerjakan. Makanya, perusahaan Jepang ini bayak merekrut TKI, karena kejujuran orang Indonesia dan sifat mereka yang sesuai dengan yang dimau,” kata Galih.

Baca Juga :  Pakar IPB University: Indonesia Berada di Pusaran Perdagangan Satwa Liar Dunia

 Banyak hal memang dilewatkan oleh Galih dkk. Perbedaan waktu dan kultur membuat mereka rindu tanah airnya. Galih dkk melewatkan puasa Ramadhan bersama keluarga beserta hari Rayanya. Namun, Galih tidak menyesali apa yang sudah dipilihnya.

 “Kesempatan kita untuk eksplorasi diri sendiri, bertanggung jawab dengan diri sendiri dan tentunya bekerja yang terbaik untuk perusahaan. Hasilnya pun, beberapa orang dari kami yang sudah hampir menyelesaikan studinya, direkrut oleh perusahaan rintisan jepang di Sidoarjo. Kenapa bisa? Karena kita sudah melalui sertifikasi khusus yang dimiliki oleh Perusahaan Jepang maupun rintisan Jepang. Sangat memuaskan dan menyenangkan,” ungkapmya.

 Galih menitipkan pesan kepada mereka yang ingin mencoba magang di luar negeri. Utamanya ditempat yang mereka inginkan. Mahasiswa semester 7 ini berharap program merdeka belajar dapat diterapkan semaksimal mungkin oleh kawan-kawan yang lainnya.

 “Nggak usah minder, kita juga belajar disana. Pengalaman berharga banget kalau bisa sampai ke luar. Belajar banyak hal pastinya. Kalian pasti nggak akan menyesal,” tutup Galih.