close

Dosen Unsyiah Kembangkan Ayam Organik Antibiotik

Tiga dosen Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) mengembangkan peternakan ayam organik bebas antibiotik. Kegiatan ini dilakukan melalui Program Pengabdian Kepada Masyarakat Berbasis Produk yang dilakukan tiga dosen dari bidang ilmu berbeda, yaitu Tedy Kurniawan Bakri, S.Farm., M.Farm., Apt (Farmasi), Dr. rer. pol. Heru Fahlevi SE, M.Sc (Ilmu Ekonomi), dan Dr. Allaily, S.Pt., M.Si (Peternakan).

Tedy mengatakan program pengembangan produk ayam organik bebas antibiotik ini dilaksanakan di Desa Lambiheu, Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan perekonomian masyarakat yang terlibat. Sebab selama ini, budidaya ayam yang dilakukan masyarakat masih berkonsep rumahan yang hasilnya belum begitu maksimal dirasakan. Terlebih lagi, masyarakat umumnya masih menggunakan pakan-pakan yang masih kurang baik. Padahal lanjutnya, pakan merupakan bagian penting untuk meningkatkan kualitas dan pertumbuhan ayam ternak.

Baca Juga :  Konferensi BUiLD 2023: Perguruan Tinggi Ikut Berperan Dalam Membangun Masyarakat Indonesia yang Tahan Bencana

“Dalam program ini, kami menggunakan pakan hasil fermentasi yang dapat menyehatkan ayam karena mengandung asam organik dan probiotik,” ujar Tedy, Senin (26/10).

Selain itu, pakan fermentasi dari berbagai mikroorganisme ini juga mampu menggantikan peran antibiotik di dalam saluran pencernaan ayam. Dalam kegiatan ini, para dosen menyosialisasikan cara budidaya ayam tanpa menggunakan antibiotik, tetapi dapat menghasilkan ayam yang sehat dan mampu meningkatkan perekonomian.

Masyarakat juga diajak untuk membudidayakan maggot, larva lalat Black Soldier Fly (BSF) sebagai bahan pakan sumber protein bagi ayam. Biasanya, pakan jenis ini diperoleh masyarakat dari tepung ikan hasil impor. Dengan budidaya manggot, masyarakat diharapkan dapat lebih mandiri dan hemat untuk menyediakan pakan tinggi protein yang selama ini harganya relatif mahal. Ditargetkan dengan budidaya ini, dapat menekan biaya pakan yang menghabiskan 70 persen dari total produksi.

Baca Juga :  Kerja sama Prodi Tari FSP ISI Yogyakarta dengan Balai Pelestarian Kebudayaan WIlayah X

Selain itu, masyarakat desa juga dibekali ilmu pemberdayaan ekonomi dan kesehatan ternak menggunakan ramuan herbal, sehingga mendukung kesehatan konsumen. Proses pemasaran produk dilakukan melalui media Instagram @darussalamorganicchicken dan pemasaran langsung di swalayan 212 dan Grand Aceh Kuliner. Tedy berharap program ini dapat meningkatkan ekonomi masyarakat yang tadinya bertani sayur, bahkan juga tanpa ada pekerjaan,

“Keuntungannya  tidak hanya dalam hal ekonomi saja, tetapi juga konsumen menjadi lebih sehat menikmati ayam organik bebas antibiotik, terlebih di masa pandemi ini,” pungkasnya. (Humas Unsyiah/fer)