close

Lewat Gerakan Sosial, Mahasiswa ITS Raih Beasiswa YSEALI AFP Amerika Serikat

Muhammad Haikal Pramono, Co-Founder Ajak Gerak sekaligus awardee YSEALI AFP US saat berkunjung di Gedung Kapitol, Washington DC

Kampus ITS, ITS News — Gerakan sosial merupakan salah satu wujud nyata untuk mewujudkan Indonesia menjadi lebih baik. Hal itu ditunjukkan oleh Muhammad Haikal Pramono yang berkomitmen melalui gerakan sosial di bidang pendidikan dan mengantarkannya menjadi penerima beasiswa Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) Academic Fellowship (AFP) 2023 di Amerika Serikat.

Mahasiswa ITS yang akrab disapa Haikal ini memaparkan, tujuan dirinya mengikuti program YSEALI AFP adalah untuk memotivasi orang lain bahwa kegiatan volunteer tidak sekadar kegiatan sosial biasa, melainkan terdapat wadah untuk mengapresiasi hal tersebut. “Melalui program YSEALI inilah generasi muda diapresiasi atas komitmennya dalam memberikan gerakan dan dampak positif bagi lingkungan sosialnya,” tambah Haikal.

Gerakan sosial yang selama ini ia lakukan adalah digagasnya platform Ajak Gerak yang bertujuan untuk memberikan pendidikan kepada pelajar yang ingin meneruskan pendidikan di bangku kuliah. Platform ini didirikan sejak 2020 dengan lebih dari 62 ribu pengikut di instagram, serta telah berkembang menjadi Ajak Jago dan Ajak Belajar. “Ini juga menjadi landasan yang kuat untuk menjadi nilai tambah mengikuti program YSEALI AFP kali ini,” jelas Co-Founder Ajak Gerak itu. 

YSEALI sendiri merupakan beasiswa fully funded atau dibiayai sepenuhnya yang dicetuskan oleh mantan presiden Amerika Serikat, Barack Obama pada 2013. Program ini bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi delapan pemuda-pemudi terpilih di negara di Asia Tenggara untuk bertukar pengalaman dalam hal profesionalitas dan kepemimpinan. 

Baca Juga :  Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran dan Tahun Akademik Baru di Masa Pandemi Covid-19: Satuan Pendidikan di Zona Kuning, Oranye dan Merah Dilarang Melakukan Pembelajaran Tatap Muka

Beasiswa ini juga menyediakan tiga alternatif topik pembelajaran bagi para awardee atau penerimanya ini, yaitu Civic Engagement, Environmental Issues, dan Social Entrepreneurship and Economic Development. Haikal menjadi awardee dalam topik Civic Engagement pada studi Master Public Administration di Arizona State University (ASU).

Potret Haikal saat mempresentasikan analisis platform gagasannya, Ajak Gerak, di depan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat

Lebih lanjut, mahasiswa Departemen Perencanaan dan Wilayah Kota ini menuturkan, di sana ia belajar terkait hakikat serta fungsi dan peran masyarakat yang tepat. Selain itu dipelajari pula Participatory Government yang membahas tentang bagaimana masyarakat dapat berperan aktif dalam kebijakan pemerintah melalui gerakan kolaboratif dengan pemerintah.

Tidak cukup sampai disitu, Haikal juga diajarkan tentang Civic Education, yaitu ilmu tentang cara pandang masyarakat terkait sebuah permasalahan di bidang pendidikan, Sustainable Development terkait cara mengelola sebuah gerakan yang tidak terus bergantung pada volunteer, dan diajarkan pula cara penggunaan politik yang baik dalam sebuah gerakan. “Hal itulah yang menjadikan ilmu dari program YSEALI ini penting untuk sebuah gerakan sosial,” terang pria Asal Jakarta itu.

Selama lima minggu di Amerika Serikat, mahasiswa angkatan 2019 ini tidak hanya menghabiskan waktunya belajar berada di universitas saja, melainkan terdapat pula kegiatan kunjungan di beberapa tempat, seperti organisasi, pemerintahan, dan yayasan besar di Arizona. “Dari sinilah kita bisa mengetahui langsung bagaimana fungsi dan peran masyarakat dalam gerakan sosial di kota itu,” ungkapnya.

Baca Juga :  Antasena ITS Siap Ukir Prestasi di Ajang Shell Eco Marathon 2023

Di samping ilmu dan fasilitasnya yang menjanjikan bagi para awardee, Haikal mengatakan jika YSEALI juga menjadi salah satu beasiswa yang memiliki tahapan seleksi yang dikemas cukup sederhana. Hal itu ditunjukkan dengan proses pemberkasan yang hanya membutuhkan Curriculum Vitae (CV), surat rekomendasi, dan esai. “Jadi bagi mereka yang tidak memiliki sertifikat TOEFL atau bukan mahasiswa berprestasi juga memiliki kesempatan,” bebernya.

Haikal (pojok kiri) dan rekan saat melakukan kunjungan di Gedung The White House, istana kepresidenan Amerika Serikat di Washington DC

Lebih dalam lagi, Haikal menyebutkan CV yang diinginkan juga bukan sekadar pengalaman organisasi ataupun juara kompetisi, tetapi pengalaman volunteer dan gerakan sosial lainnya dapat dicantumkan. Esai yang diberikan juga cukup singkat. Dengan 250 kata, calon awardee diharapkan bisa mengemas pengalaman sosial yang pernah dilakukan dan dampak yang akan diberikan setelah program singkat ini. “Jika lolos pemberkasan, calon awardee beralih ke tahap wawancara,” terangnya.

Melalui program YSEALI yang ia ikuti selama bulan April-Mei ini, Haikal berharap semoga kedepannya makin banyak mahasiswa yang bisa mengikuti program ini. Hal itu dikarenakan YSEALI menjadi program yang mendorong siapa saja untuk bisa memberikan dobrakan dalam bidang sosial untuk memajukan negara mereka masing-masing. “Diharapkan pula ke depannya makin banyak orang untuk bisa melakukan hal baik dalam bentuk gerakan sosial atau yang lain,” tutupnya penuh harap. (HUMAS ITS)