close

PPKS ITS Satukan Persepsi untuk Atasi Kekerasan Seksual

Jajaran Pimpinan ITS bersama Prof Dr Drs Bagong Suyanto MSi saat acara Lokakarya Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Kampus ITS di Auditorium Gedung Pascasarjana ITS

Kampus ITS, ITS News – Dalam upaya mewujudkan lingkungan aman dari kekerasan seksual, Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengambil langkah proaktif. Satgas PPKS menggandeng seluruh jajaran pimpinan dan Organisasi Mahasiswa (Ormawa) ITS dalam sebuah lokakarya untuk menyamakan persepsi tentang kekerasan seksual.

Rektor ITS, Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng IPU AEng, menekankan komitmen ITS dalam mewujudkan lingkungan yang aman dan bebas dari kekerasan seksual melalui lokakarya ini. Ia menjelaskan pentingnya persepsi yang selaras dari seluruh sivitas akademika sebagai pondasi dalam mencegah dan menangani kekerasan seksual.

Menurutnya, langkah pencegahan dan penanganan kekerasan seksual dimulai dari keselarasan pemahaman tentang kekerasan seksual. Melalui persepsi yang selaras, para pimpinan akan mudah untuk membuat kebijakan tentang kekerasan seksual. “Kebijakan yang dibuat nantinya dapat berdampak pada peningkatan produktivitas serta kenyamanan mahasiswa di lingkungan kampus,” jelas Dosen Departemen Teknik Elektro ITS tersebut.

Baca Juga :  ITS Sukses Rengkuh Juara Umum Gemastik 2021

Selaras dengan hal tersebut, Inspektur Investigasi Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Lindung Saut Maruli Sirait SE Ak MSi CFE CFrA CA memberikan gambaran mengenai prevalensi kekerasan seksual di lingkungan perguruan tinggi.

Prof Dr Drs Bagong Suyanto MSi saat memaparkan materi tentang kekerasan seksual di lingkungan kampus

Menurut data dari Kemendikbudristek, kekerasan seksual terhadap perempuan di Indonesia paling banyak terjadi di lingkungan perguruan tinggi dengan proporsi mencapai 35 persen. Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya upaya pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di lingkungan perguruan tinggi. “Edukasi tentang kekerasan seksual perlu digalakkan untuk meminimalkan terjadinya kekerasan seksual,” terangnya.

Selain itu, Guru Besar Ilmu Sosial Universitas Airlangga (Unair), Prof Dr Drs Bagong Suyanto MSi yang turut hadir sebagai pembicara pun menekankan pentingnya pencegahan kekerasan seksual daripada penanganan pasca kejadian. Pasalnya,  pemulihan psikologis korban kekerasan seksual diperlukan waktu dan proses yang tidak instan. “Korban kekerasan seksual seringkali mengalami depresi, kegelisahan, rasa terhina, dan kehilangan motivasi belajar,” tuturnya.

Baca Juga :  Dosen Matematika ITS Juarai Pioneers 4.0 Hackathon Series Abu Dhabi

Lebih lanjut, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Unair ini menjelaskan isu kekerasan seksual menunjukkan kompleksitas yang tidak dapat dipahami dalam terminologi hitam dan putih. Terdapat area ‘abu-abu’ di mana tindakan seperti sentuhan fisik bisa jadi bukan bentuk kekerasan seksual. “Maka dari itu, kita harus tetap waspada dan tegas dalam menangani situasi yang berpotensi terjadinya kekerasan seksual,” lanjut Bagong.

Foto bersama jajaran pimpinan ITS, Prof Dr Drs Bagong Suyanto MSi (ketiga dari kiri), bersama petinggi Ormawa Sivitas Akademika ITS

Mengakhiri sesi tersebut, Ketua Satgas PPKS ITS, Ellya Zulaikha ST MSn PhD, menegaskan bahwa penting untuk memahami dan membedakan perilaku mana yang mengandung unsur kekerasan seksual. “Kami mengajak seluruh jajaran ITS untuk bersama-sama mencegah kekerasan seksual di lingkungan kampus,” pungkasnya penuh harap. (HUMAS ITS)